Ditulis Oleh ; Soleha, S.Pd., M.M.
Libur di akhir pekan matahari pagi berwarna jingga keputihan mulai menggelinding di atas awan. Lilu dan ketiga temannya sangat senang hendak main layang-layang.
“Wah … asyik sekali bermain di taman kota tanahnya lapang.”
“Ayo, main layang-layangnya sama-sama di taman kota ini. Lebih enak main layang-layangnya di taman, lebih luas, lebih leluasa bergerak maju mundur tarik ulur benang, pokoknya enak banget di sini,” teriak Lilu.
“Enggak ah, aku maunya bermain di jalan raya lebih seru!”
“Ya sudah kalau enggak mau gabung main di taman yang lapang, hati-hati ya teman. Main di jalan raya!”
Beberapa saat kemudian tibalah Lilu dan Usro siap-siap main di taman tanah lapang kosong cocok untuk bermain layang-layang.
“Ayo Usro mumpung ada angin sepoi-sepoi kita terbangkan layang-layangmu!”
“Lilu, Lilu lihat layang-layang kupu hijauku juga cepat mengapung, lihat sayapnya mengepak ngepak ngejar layangmu.”
Tiba-tiba …Daaar, gubrak ada suara keras benturan benda di jalan raya lalu terdengar jerit kesakitan ternyata kedua temannya yang bermain layang-layang di jalan raya yaitu Didu dan Udin tertabrak motor. Lalu Lilu dan Usro bergegas lari menolong mengangkat Didu dan yang lutut sampai kakinya berlumuran darah dengan luka lebar menganga.
“Sudah aku katakan hati-hati bermain layang-layang. Jangan bermain di jalan raya sangat bahaya bisa-bisa kita tertabrak motor bahkan mobil waspada juga dipinggir jalan banyak berjajar tiang listrik jika benang kita atau layang kita nyangkut di kabel listrik berakibat bahaya benang yang nyangkut kita pegang mengalir kekuatan listrik dan tubuh kita kesetrum listrik. Ih … ngeri sekali. Jangan sampai bermain layang layang di jalan raya jiwa jadi melayang.”
Akhirnya mereka berjanji tidak akan main di jalan raya lagi. ***